Minggu, 17 Januari 2016

Rumah Adat di Pulau Jawa




Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, dengan berbagai suku budayanya, tentu akan menimbulkan keberagaman masing masing daerah. termasuk dalam desain rumah, tiap daerah mempunyai bentuk ciri khas masing-masing yang menggambarkan daerah tersebut.
kali ini saya sebagai TS akan membahas Rumah adat yang ada di Pulau Jawa.


Provinsi Banten

Rumah adat dari Provinsi Banten dikenal dengan Rumah Adat Baduy


Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi, berbentuk panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata permukaannya, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang digunakan adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar tanah tidak longsor.
Atap rumah adat baduy terbuat dari daun yang disebut sulah nyanda. Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus melainkan agah merebah ke belakang. Salahsatu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang dan memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap.
Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig tersebut dibuat hanya dengan berdasarkan perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah.
Ada tiga ruangan dalam bangunan rumah adat ini, yaitu ruangan yang dikhususkan untuk ruang tidur kepala keluarga juga dapur yang disebut imah, ruang tidur untuk anak-anak sekaligus ruang makan yang disebut tepas, dan ruang untuk menerima tamu yang disebut sosoro.


Provinsi DKI Jakarta

Rumah Adat dari provinsi DKI Jakarta dikenal sebagai Rumah Adat Kebaya


Dari sisi konstruksinya, rumah adat Betawi terbilang memiliki banyak keunikan. Beberapa keunikan tersebut antara lain dapat dilihat dari bagian pondasi, atap, pendopo, dinding, dan lain sebagainya. Berikut ini penjelasan dari beberapa bagian rumah tersebut.
  1. Pondasi rumah terbuat dari susunan batu alam yang dibentuk menyerupai umpak. Pondasi ini menyangga tiang-tiang rumah yang mengokohtegakan berdirinya bangunan.
  2. Atap umumnya terbuat dari material genteng tanah atau anyaman daun kirai, dibentuk seperti pelana dengan kemiringan bagian depan yang sangat rendah.
  3. Pendopo atau teras dibuat cukup luas dilengkapi meja kursi. Bagian teras dan luar rumah dipisahkan dengan susunan pagar kayu yang dibuat berbentuk segitiga simetris.
  4. Konstruksi gording dan kuda-kuda terbuat dari material kayu gowok dan kayu kecapi, sedangkan balok tepi terbuat dari kayu nangka.
  5. Kaso dan reng yang digunakan sebagai dudukan atap terbuat dari bambu tali. Kaso berupa bambu utuh, sedangkan reng berupa bambu yang dibelah 4.
  6. Dinding terbuat dari material kayu nangka yang dicat menggunakan warna cerah, seperti kuning atau hijau.
  7. Ada kalanya dinding juga terbuat dari anyaman bambu sepenuhnya, atau anyaman bambu yang dipadukan dengan dinding semen di separuhnya.
  8. Daun pintu dan jendela dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.
Seperti rumah pada umumnya, rumah kebaya juga terbagi ke dalam beberapa ruangan, mulai dari teras, kamar tamu, kamar tidur, hingga dapur.
-          Teras depan dilengkapi dengan kursi jati atau amben sebagai tempat menerima tamu. Lantai teras atau gejogan dibersihkan setiap hari untuk menghormati tamu yang datang.
-          Kamar tamu atau paseban digunakan untuk tempat tidur bagi tamu yang menginap atau bermalam di rumah tersebut. Saudara atau rekan yang berkunjung akan dipersilakan menginap di kamar ini. Jika tidak ada tamu, paseban juga digunakan sebagai tempat sholat.
-          Ruang keluarga atau pangkeng sebagai tempat berkumpul keluarga di malam hari. Senda gurau bersama seluruh anggota keluarga dilakukan di ruangan ini.
-          Ruang tidur umumnya berjumlah > 4. Ruang tidur utama berukuran lebih besar khusus untuk pemilik rumah dan istrinya.
-          Dapur atau srondoyan terletak di bagian belakang rumah, biasanya ruang makan bersatu dengan ruangan dapur ini

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/09/rumah-adat-betawi-dan-penjelasannya.html

Provinsi Jawa Barat

Penjelasan rumah Adat Kasepuhan yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Rumah adat Kasepuhan disebut juga dengna Keraton Kasepuhan. Didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1529. Beliau merupakan putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya.

Dibawah ini adalah bagian-bagian yang terdapat dalam Keraton Kasepuhan:

1. Pintu Gerbang Utama
Terdapat dua pintu gerbang yang pertama terletak di sebelah utara, sedangkan yang kedua berada di selatan kompleks. Gerbang utara disebut Kreteg Pangrawit  berupa jembatan, sedangkan di sebelah selatan disebut LawangSanga (pintu sembilan).

Baca juga : Mengenal suku Sunda Asal Jawa Barat

2. Bangunan Pancaratna
Terletak disebelah kiri depan kompleks arah Barat dan berfungsi sebagai tempat seba atau tempat yang menghadap para pembesar desa atau kampung yang diterima oleh Demang atau Wedana.

3. Bangunan Pangrawit
Bangunan ini terletak di kiri depan kompleks dengan posisi menghadap arah Utara. Nama Pancaniti berasal dari dua kata yaitu panca berarti jalan, dan niti yang berarti mata atau raja atau atasan. Fungsinya sebagai tempat perwira melatih prajurit, tempat istirahat, dan juga sebagai tempat pengadilan.


Rumah adat Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY

Ruangan pada rumah joglo pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama adalah ruangan pertemuan yang disebut pendhopo. Bagian kedua adalah ruang tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit, disebut pringgitan. Bagian ketiga adalah ruang belakang yang disebut ndalem, dan digunakan sebagai ruang keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar), yaitu senthong kiri, senthong tengah, dan senthong kanan.

Sumber :http://www.smansax1-edu.com/2014/10/deskripsi-bagian-rumah-adat-jawa.html

Pendhopo atau Pendapa
Pendhopo berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Struktur bangunan pada pendhopo menggunakan umpak sebagai alas soko, empat buah soko guru (tiang utama) sebagai lambang penentu empat arah mata angin, dan dua belas soko pengarak. Ada pula tumpang sari yang merupakan susunan terbalik yang disangga oleh soko guru. Pada umumnya, tumpang sari terdapat pada pendopo bangunan yang disusun bertingkat. Tingkatan-tingkatan ini dapat pula diartikan sebagai tingkatan untuk menuju suatu titik puncak. Menurut kepercayaan Jawa, tingkatan-tingkatan ini akan menyatu pada satu titik.

Sumber :http://www.smansax1-edu.com/2014/10/deskripsi-bagian-rumah-adat-jawa.html
Pringgitan
Pringgitan berfungsi sebagai ruang tamu dan tempat pertunjukan wayang kulit yang menghubungkan antara bagian pendhopo dan bagian ndalem.

Sumber :http://www.smansax1-edu.com/2014/10/deskripsi-bagian-rumah-adat-jawa.html
Ndalem
Ndalem berfungsi sebagai pusat atau inti pada rumah joglo. Fungsi utamanya sebagai ruang keluarga. Pada pola tata ruang, ndalem terdapat perbedaan ketinggian lantai, sehingga membagi ruang menjadi dua bagian. Hal ini bertujuan agar terdapat ruang sebagai tempat sirkulasi udara. Pada lantai yang lebih tinggi digunakan sebagai tempat keluar masuk udara, sedangkan pada bagian yang lebih rendah digunakan sebagai ruang keluarga dan senthong (kamar).

Sumber :http://www.smansax1-edu.com/2014/10/deskripsi-bagian-rumah-adat-jawa.html

Yaa... itulah sedikit dari rumah adat yang ada di negeri tercinta kita Indonesia. Dengan berbagai pesonanya, tentunya kita sebagai generasi penerus wajib mengetahui dan melestarikan kebudaan yang ada.

Terima Kasih ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar